![Hasil gambar untuk merintis usaha baru](https://i0.wp.com/entrepreneurcamp.id/wp-content/uploads/2017/11/merilis-bisnis-baru.jpg)
Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai usaha baru, yaitu :
1. Merintis
usaha baru (starting), yaitu
membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi
dan manajemen yang dapat dirancang sendiri.
2. Membeli
perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli
perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain
dengan nama dan organisasi yang sudah ada.
3. Kerja
sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama
antara wirausaha dengan preusan besar dalam mengadakan persetujuan jual – beli
hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).
1. Merintis Usaha Baru
Wirausaha adalah
seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi
resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau
pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
a. Kecakapan
untuk bekerja
b. Kemampuan
mengorganisir
c. Kreatif
d. Lebih
menyukai tantangan
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang
dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk
usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
Ada beberapa kepemilikan usaha yang
dapat dipilih, diantaranya perusahaan perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas),
perseroan, dan firma
3. Tempat
usaha yang akan dipilih.
Dalam menentukan tempat usaha ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
· Apakah tempat usaha tersebut mudah
dijangkau oleh konsumen atau pelanggan maupun pasar?
·
Apakah tempat usaha dekat dengan sumber
tenaga kerja?
· Apakah dekat ke akses bahan baku dan
bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya
4. Organisasi
usaha yang akan digunakan.
5. Kompleksitas
organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan
manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan
maka semakin besar fungsi kewirausahaan,
tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
6. Lingkungan
usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi
pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat
mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro dan lingkungan
makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan,
manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya. Lingkungan
makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup
perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan
teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan
gaya hidup.
2. Membeli Perusahaan yang sudah
didirikan
Banyak alasan mengapa
seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau
merintis usaha baru, antara lain:
a. Resiko
lebih rendah
b. Lebih
mudah
c. Memiliki
peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar
Membeli perusahaan yang sudah adaa juga
mengandung permasalahan, yaitu: Masalah
eksternal, yaitu
a. Lingkungan
misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
b. Masalah
internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image atau
reputasi perusahaan.
3.
Franchising
(Kerjasama Manajemen / Waralaba)
Franchising adalah
kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti
dari Franchising adalah memberi hak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
Franchisor adalah (perusahaan induk)
adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan Franchise adalah perusahaan
pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
Bentuk
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Merintis
Usaha
|
·
Gagasan Murni
·
Bebas beroperasi
·
Fleksibel dan mudah penggunaan
|
·
Pengakuan nama barang
·
Fasilitas inefisien
·
Persaingan kurang diketahui
|
Membeli
Perusahaan
|
·
Kemungkinan sukses
·
Lokasi sudah cocok
·
Karyawan dan pemasok biasanya sudah mantap
·
Sudah siap operasi
|
·
Perusahaan yang dijual biasanya lemah
·
Peralatan tak efisien
·
Mahal
·
Sulit inovasi
|
Kerja
sama manajemen
|
·
Mendapat pengalaman dalam logo, nama, metoda,
teknik produksi, pelatihan dan buruan modal
·
Penggunaan nama, merek yang sudah dikenal
|
·
Tidak mandiri
·
Kreativitas tidak berkembang
·
Menjadi independen terdominasi, rentan terhadap
perubahan franchisor
|
A.
Persiapan sebelum memulai usaha baru
1. Tentukan ide bisnisnya
Langkah pertama yang perlu Anda persiapkan
adalah menentukan ide bisnis yang akan dijalankan. Pencarian ide bisnis
tersebut bisa dimulai dari hobi maupun skill yang Anda miliki, selanjutnya bisa
Anda tekuni sebagai peluang bisnis baru yang menjanjikan untung besar setiap
bulannya. Selain itu, dalam menentukan ide bisnis yang terpenting adalah
menyesuaikannya dengan modal yang Anda miliki, mengetahui selera pasar, dan
sesuai dengan bidang yang Anda sukai.
2.
Siapkan modal untuk memulai usaha
Sebelum menjalankan sebuah usaha, penting bagi
Anda untuk mengetahui seberapa besar modal usaha yang Anda butuhkan. Buatlah
anggaran biaya serta analisa ekonomi dari bisnis tersebut, dan siapkan segala
modal yang dimaksudkan. Mulai dari peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan,
besarnya dana yang diperlukan, serta modal kemampuan yang perlu dikembangkan
untuk mendukung kemajuan usaha Anda.
3.
Hilangkan rasa gengsi Anda
Kebanyakan orang masih merasa gengsi bila mereka
harus terjun langsung untuk menjalankan usaha dari nol. Padahal, memulai sebuah
usaha membutuhkan niat, tekad, dan mental baja untuk bisa mewujudkan kesuksesan
bisnis yang mereka impikan. Bahkan tak jarang seorang pemula harus berjuang
seorang diri untuk merintis sebuah usaha, mulai dari mempersiapkan produk,
lokasi usaha, mencari pasar, sampai melayani para konsumen. Karenanya,
hilangkan rasa gengsi Anda untuk menjemput kesuksesan yang ada di depan mata.
B. Manfaat Membuka Usaha
Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk
kepuasan diri. Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat,
birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan.
Budaya (cultur) perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan
motif, dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja
sebagai orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan
perusahaan. Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan
untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari
membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut:
1. Pontensi
penghasilan yang tak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan
bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi
karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan
tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah
ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal
ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik
perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan yang
didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak terbatas,
tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang wirausahawan bebas
menentukan berapa yang akan didapatnya, potensi untuk menerima penghasilan yang
tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk
berwirausaha.
2. Memaksimalkan
kemampuan
Kemampuan yang dimaksud bisa berupa
ide ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan
memiliki usaha sendiri maka wirausahawan
memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk
bekerja dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika
memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan
adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun
tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat
membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang
bebas berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut tergantung
pimpinannya dalam mengelola usaha tersebut.
3. Bebas
mengatur waktu kerja
Dengan menjadi karyawan, sebenarnya
seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja,
yaitu jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan
oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa
mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah. Akan tetapi
seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha,
bahkan jika usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas
yang mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin
banyak waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk
jika usahanya mulai berkembang.
4. Sikap
mental yang mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha
sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan usahanya yang merupakan
tuntutan yang harus dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat
dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut
untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini
tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap
wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang
diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapi. Kemandirian dan sikap mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan
pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen
(manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat pentin yang harus dilakukan
oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi para bawahan atau
karyawannya.
C.
Keberhasilan
Usaha
Menurut Nasution dalam
bukunya yang berjudul ”Pengembangan Wirausaha Baru” (2001 : 15), sebuah
perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah,
hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang
cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Sedangkan
menurut Anoraga (2002), Apapun pilihan usaha baru yang diputuskan, untuk
menjamin keberhasilan dalam usaha harus dilaksanakan persiapan secara matang
yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (Business Plan). Business plan merupakan
dokumen yang disiapkan sercara seksama yang menerangkan mengenai pola dari
usaha yang akan digeluti, sasaran dari entrepreneur dan rencana tindakan untuk
mencapai sasaran serta keberhasilan dalam usaha. Suatu rencana usaha biasanya
disusun berdasarkan fungsi – fungsi operasional usaha, yaitu fungsi pemasaran,
produksi, keuangan dan fungsi ketenagaan atau sumber daya manusia. Secara garis
besar seorang wirausahawan tentu akan memulai menyusun rencana dengan pertama –
tama menyusun rencana pemasaran, kemudian rencana produksi, organisasi dan
manajemen (yang berhubungan dengan personalia) dan rencana keuangan.
D.
Strategi
Untuk Mempertinggi Kesempatan Sukses Usaha Baru
Berbagai buku
mendefinisikan manajemen strategi dengan kata-kata yang berbeda. Diantaranya,
menurut Nawawi (2003), manajemen strategi merupakan perencanaan strategi yang
berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan
sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan
prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut
misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan
diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategis) dan berbagai sasaran
organisasi.
Pengertian manajemen
strategi begitu banyak didefenisikan, namun pada dasarnya manajemen strategi
merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen
yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
Komponen pertama adalah perencanaan
strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan
strategi utama organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan
operasional dengan unsur-unsurnya, sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan
fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan
eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Melaksanakan Manajemen
strategi berarti entrepreneur juga harus membuat perencanaan dalam bentuk
formulasi bisnis secara matang. Resnik dalam Certo dan Peter (1991) seperti
dikutip I Putu Sugi Darmawan (2004), terdapat 10 formulasi strategi yang
disarankan dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses sebuah
usaha kecil.
Adapun kesepuluh formulasi strategi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menjadi
objektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam bangunan sebuah
bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan kelemahan perusahaan
dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal yang mendasar.
2. Membuat
sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah efektif. Usaha
dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak dan keuntungan
adalah hal yang paling utama.
3. Fokus
pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan usaha kecil
oleh persediaan barang dan jasa khusus yang menemukan keinginan dan kebutuhan
dari pemilihan kelompok pelanggan.
4. Mengembangkan
rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan bagaimana untuk meraih dan
menjual kepada pelanggan.
5. Memanajemen
tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung pada bangunan,
pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
6. Membuat
catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki catatan asset,
liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam urutan untuk
kelangsungan hidup dan keberhasilan.
7. Tidak
pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia usaha kecil.
8. Menghindari
perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat. Usaha kecil harus
hati-hati melakukan ekspansi.
9. Mengerti
seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan keuntungan usaha
kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari seluruh fungsi bisnis.
10. Merencanakan
ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis dan menantang,
pencapaian sasaran, tujuan dan mengubahnya menjadi aktifitas yang produktif.
E. Hambatan – Hambatan dalam Memasuki
Industri Menurut Peggy Lambing (2000: 95)
Ada bebrapa hambatan untuk memasuki
industri baru, yaitu :
1. Sikap
dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih
kurang sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah
lamam mngetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya
2. Biaya
perubahan. Yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan
dan penggantian alat serta sistem yang lama
3. Respon
dari pesaing yang secara agresif akan mempertahnkan pangsa pasar yang ada.
Komentar
Posting Komentar